Jumat, 30 Desember 2016

Kopi Hitam di Ujung Senja

http://diarymahasiswa.com
Hei lelaki sederhana!
sesederhana minuman hitam pahit di cangkir yang cantik
bolehkah aku yang menghidangkan kopi hitam itu untukmu?
bangun sepagi mungkin menyeduh secangkir kopi hitam manis untuk menemani pagimu yang dingin
menyambutmu sepulang kerja dengan hangat, sehangat kopi pekat saat kau penat
menemanimu meneguk kopi pahit disore hari, menyaksikan indahnya senja, sambil bercerita tentang kita

Bahagia bersamamu aku yakin sesederhana kopi
tersenyum bersama ketika menyeruput manisnya si hitam
atau menikmati si hitam berdua

Aku, wanita biasa yang ingin mendampingimu
dari kau membuka mata dipagi buta sampai sandaran untuk melepas kepenatanmu

Aku, wanita yang ingin kau jadikan kedua dihatimu setelah kopi hitam kesukaanmu
Menjadi orang ketiga diromantisme-mu bersama hangatnya secangkir kopi hitam
Aku rela untuk itu, bahkan untuk menjadi kopi hitam yang selalu kau sruput mesra dikala senja

Ya, bukankah senja dengan gagah memeluk cakrawala
saat aku merindukanmu dari aroma khas kopi hitammu
lalu kita saling merindu dari secangkir kopi

Bukankah senja juga membuat kopimu semakin pekat?
seperti pekatnya hati yang tak mampu saling bersapa
Namun, senja juga membuat semesta semakin sunyi
sesunyi bibir ketika melafalkan do'a pada Sang Maha Cinta

Kopi hitam, kau selalu menjadi pengantar do'a untuk menyampaikan rindu pada hati yang tak bertuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar