Ketika semakin detik berganti hatiku tak kuasa memilih untuk menyukaimu,
menyukai setiap apa yang ada dalam dirimu bahkan kekuranganmu pun dapat ku maklumi dengan mudahnya. Ingin rasanya ku hapus semua rasa kagum padamu, nyatanya hatiku tak bisa ku bohongi hanya dengan logika. Saat tiap menit hanya ku lalui dengan bayanganmu yang aku sendiri pun lupa bagaimana parasmu kini, ah rasanya ingin saja aku lari dari bayangan parasmu itu.
Jahat, jahat sekali memang. Kau mampu membuatku terpana dengan semua yang kau punya, sementara kau tak pernah dengar langkah kaki ku dibelakangmu. Kau tak pernah tengok sosokku dibelakangmu. Kau tak pernah mendengar suara yang selalu ku tujukan padamu.
Aku pun bimbang. Haruskah ku utarakan layaknya Khadijah pada Nabi Muhammad? ataukah seperti Fatimah yang memendam cintanya pada Ali bin Abi Thalib? bukan... bukan kapasitasku seperti wanita-wanita hebat ini. Apalah aku yang tak lebih dari wanita yang sekedar mengagumimu dari jauh.
Biar saja, biar ku abadikan namamu dalam do'a dan bait-bait tulisanku. Aku tak mampu berbicara apapun, hanya dapat mengabadiakan namamu melalui goresan pena yang dapat kau baca namun tak dapat kau rasakan. Akulah pujangga perangkai kata atas namamu....
Jika nanti Allah bersamakan kita, kau mampu apa untuk menolakku?
Jika pun nanti Allah tak bersamakan kita aku mampu apa untuk mengejarmu?
Ah,,, biar waktu yang menjawab dengan adil atas kuasa Lillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar